Paradigma Baru Generasi Z
Nilai-nilai (values) dalam kaderisasi organisasi menjadi aspek penting yang menggerakkan eksistensi sebuah organisasi. Saat membahas objek ini, penting untuk memahami subjek yang berusaha memahami nilai-nilai objek tersebut. Selanjutnya, setelah pemahaman subjek tercapai, kategorisasi menjadi langkah berikutnya untuk mencapai optimalisasi kaderisasi yang efektif. Organisasi hadir sebagai tempat berkumpulnya individu dengan keinginan dan perhatian serupa, dan dari situlah kegiatan dan pergerakan berkembang secara organik dan masif. Namun demikian, saat ini terkadang organisasi dianggap sebagai wadah yang diikuti semata karena tekanan dari segelintir individu yang berusaha mempertahankan eksistensi organisasi melalui kaderisasi. Meskipun pendekatan ini dapat diakui jika manfaat kelompok menjadi prioritas, namun jika ketidaksepakatan dan paksaan mengesampingkan pemahaman terhadap subjek-subjek dalam organisasi, hal ini dapat menjadi hambatan yang merugikan dan tidak produktif. Oleh karena itu, wajar jika komunitas lebih diminati daripada organisasi saat ini.
Tiap tahun, minat Generasi Z terhadap organisasi mahasiswa, khususnya yang berasal sejak kemerdekaan hingga reformasi, semakin menurun. Fenomena ini mungkin disebabkan oleh konsep dan pola dalam organisasi tersebut yang mungkin tidak lagi relevan dengan tuntutan zaman. Generasi Z yang tengah bersaing untuk diterima di perguruan tinggi akan membentuk era baru dengan orientasi dan pola pikir yang berbeda, mengingat setiap generasi terus berkembang dalam berpikirnya. Seiring dengan pertambahan jumlah mahasiswa baru yang terus meningkat, hal ini semakin terasa.
Pandemi yang melanda sejak tahun 2020 hingga 2023 menjadi tantangan menarik bagi organisasi, menguji keberlanjutan pola dan konsep kaderisasi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Meskipun pandemi membawa dampak negatif berupa hilangnya orientasi yang telah dijaga dengan baik selama bertahun-tahun, namun juga memberikan peluang positif dalam hal ketanggapan terhadap perubahan zaman dan adaptabilitas terhadap situasi darurat. Pandemi telah mengubah paradigma dan mempercepat pemahaman teknologi, memungkinkan pelaksanaan kegiatan secara virtual atau daring. Ini terlihat dalam peningkatan penggunaan media sosial, contohnya TikTok, yang menjadi salah satu alternatif hiburan atau edukasi selama pembatasan kegiatan. Pengguna TikTok di Indonesia mengalami peningkatan signifikan, dari 17% pada tahun 2020 menjadi 40% pada tahun 2022, menunjukkan peningkatan hingga 207,69% selama tahun-tahun awal pandemi. Perusahaan TikTok juga meraih keuntungan besar, yaitu 1.900 miliar Dolar AS pada tahun 2020 dan 4.600 miliar Dolar AS pada tahun 2021. Fenomena serupa juga terjadi pada platform lain seperti Zoom, Google, dan Instagram.
Secara objektif, fenomena ini menciptakan peluang pekerjaan baru bagi para pencipta konten, peluang wirausaha baru, dan lain sebagainya. Hal ini juga memengaruhi pola pikir generasi yang menghadapi tantangan ini. Pengaruh dari influencer yang kuat dalam menyampaikan edukasi atau gaya hidup dapat mempengaruhi opini dan pemikiran generasi ini. Diskusi dan perdebatan dalam kolom komentar menjadi bentuk baru ruang diskusi yang membantu mengasah pemikiran generasi ini, baik yang mendukung maupun yang mempertanyakan argumen yang disampaikan oleh konten kreator dan netizen. Namun, perlu diingat bahwa ruang-ruang ini membentuk kelompok-kelompok baru yang memiliki pandangan yang berbeda dan perlu diakomodasi karena memiliki pemahaman yang beragam.
New Power Organisasi Perlu Dipertimbangkan
“New Power Organization” adalah istilah yang merujuk pada jenis organisasi atau gerakan yang mengandalkan kekuasaan dan pengaruhnya berdasarkan partisipasi aktif, kolaborasi yang erat, dan berbagi sumber daya secara terbuka dan tanpa kendala. Istilah ini awalnya diperkenalkan oleh penulis Jeremy Heimans dan Henry Timms dalam sebuah artikel yang diterbitkan di Harvard Business Review pada tahun 2014 dengan judul “Understanding the New Power” (Memahami Kekuasaan Baru). Dalam artikel tersebut, mereka menggambarkan “New Power Organization” sebagai kekuatan yang membedakan dalam dinamika ekonomi dan sosial modern, di mana partisipasi luas, transparansi, konektivitas digital, kemampuan untuk berkontribusi dan berbagi, serta pengaruh individu memiliki peran yang belum pernah ada sebelumnya.
Dalam era yang terus berkembang dan penuh tantangan ini, konsep “New Power” telah mengambil peran yang semakin penting dalam organisasi dan profesionalitas skills. New Power mengacu pada kekuatan yang muncul dari partisipasi kolektif, koneksi sosial, dan kolaborasi terbuka dalam dunia yang semakin terhubung melalui teknologi dan media sosial.
Konsep ini membawa implikasi yang signifikan terhadap bagaimana organisasi beroperasi dan bagaimana individu mengembangkan keterampilan profesional.
Pentingnya New Power dalam Organisasi:
1. Inovasi Kolaboratif: Dengan mendorong partisipasi aktif dari berbagai lapisan anggota organisasi, konsep New Power mendorong terciptanya inovasi yang lebih beragam dan kreatif. Organisasi yang mengadopsi pendekatan ini dapat memanfaatkan kecerdasan kolektif untuk menghasilkan solusi yang lebih baik dan relevan.
2. Responsif terhadap Perubahan: Dalam dunia yang terus berubah dengan cepat, kemampuan organisasi untuk merespons perubahan dengan cepat menjadi sangat penting. New Power memungkinkan organisasi untuk mengatasi tantangan dengan lebih fleksibel, karena dapat menggerakkan dukungan dan partisipasi dengan cepat.
3. Engagement yang Lebih Kuat: Keterlibatan anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan proyek dapat meningkatkan rasa memiliki dan keterikatan. Ini dapat memperkuat budaya organisasi, mengurangi turnover, dan meningkatkan produktivitas.
4. Konektivitas Global: New Power memfasilitasi kolaborasi lintas batas geografis. Organisasi dapat mengumpulkan pandangan dan kontribusi dari berbagai belahan dunia, membuka pintu untuk pemikiran yang beragam dan peluang global.
Kesadaran dan kepekaan merupakan tuntutan mutlak yang harus dimiliki oleh setiap organisasi yang berupaya bertahan dalam era yang terus berubah. Jika organisasi tersebut tetap bertahan dengan pendekatan konvensional dan tanpa responsif terhadap perubahan zaman, maka eksistensinya kemungkinan besar akan merosot hingga mencapai tahap yang tidak produktif dan akhirnya ditinggalkan. Upaya yang diuraikan di atas merupakan langkah penting dalam meningkatkan kesadaran, dengan tujuan mempercepat proses adaptasi. Hal ini diperlukan agar konsep New Power Organization dapat segera terbentuk dan menjadi bagian dari budaya organisasi yang baru.
Generasi Z saat ini telah mencapai tingkat kesadaran individu yang tinggi, yang mendorong mereka untuk berpikir secara realistis dan pragmatis terhadap realitas yang ada. Fenomena ini tidak dapat diabaikan oleh organisasi, karena merupakan tantangan yang perlu dihadapi dalam mengembangkan diri. Selain berupaya mengakomodasi generasi baru dan meningkatkan eksistensi, organisasi juga perlu memastikan bahwa aspirasi individu setelah memenuhi kebutuhan dasar telah terfasilitasi. Kita harus mampu menjaga daya tarik agar tetap diminati, sambil tetap menyampaikan tujuan yang ideal dengan pandangan yang sesuai dengan konteks saat ini.
Konsep ideal yang mencakup elemen dari Old Power dan New Power akan menemukan titik pertemuan yang harmonis, ketika kedua elemen tersebut berhasil diintegrasikan dalam satu kerangka kerja. Dalam wadah yang serasi ini, organisasi dapat mengakomodasi harapan dan aspirasi individu dengan pendekatan yang lebih modern dan sesuai dengan konteks zaman yang terus berubah.
Organisasi Mahasiswa Sebagai Katalisator Profesional Skills
المحافظة على القديم الصال ح واألخذ بالجديد األصلح
“Melanjutkan Tradisi yang Baik, Mengambil Hal Baru yang Lebih Baik”
Pernyataan ini menerjemahkan pandangan bahwa tidak selamanya hal yang sudah lama dijalankan menjadi sesuatu yang buruk, dan tidak pula selalu hal-hal baru adalah pilihan terbaik untuk diadopsi. Ini menunjukkan bahwa dalam menghadapi tantangan dalam menjaga keberlanjutan suatu organisasi, adaptasi diperlukan, tetapi tanpa mengabaikan visi, misi, serta nilai-nilai yang telah menjadi warisan dari para pendahulu. Dalam konteks ini, keharmonisan antara tradisi yang positif dan inovasi menjadi kunci.
Generasi saat ini memiliki orientasi yang lebih realistis, mereka cenderung mempertimbangkan bagaimana pengalaman di dalam organisasi dapat memberi kontribusi nyata bagi perkembangan profesional mereka pasca kampus. Oleh karena itu, peran organisasi haruslah lebih dari sekadar ritual seremonial. Organisasi harus berfungsi sebagai fasilitator dan pembimbing dalam mengembangkan keterampilan profesional yang relevan. Ini menjadi daya tarik utama bagi Generasi Z.
Fakta bahwa lebih dari separuh dari populasi Indonesia terdiri dari generasi muda dengan 69,38 juta jiwa (25,87%) milenial dan 74,93 juta jiwa (27,94%) Generasi Z dari total penduduk sebanyak 270,2 juta jiwa (data terakhir dari katadata.co.id tahun 2020) menunjukkan pentingnya memahami minat dan aspirasi kelompok ini. Menurut data di MediaIndonesia, minat untuk berwirausaha di kalangan generasi muda cukup signifikan, dengan 73% dari 64% total penduduk muda tertarik untuk menjalankan bisnis. Ini menggambarkan pergeseran pola pikir realistis generasi muda yang potensial.
Situasi ini sebenarnya memberikan peluang bagi organisasi untuk berperan sebagai katalisator dalam membentuk landasan profesionalisme bagi generasi muda menuju Indonesia Emas 2045, yang memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) unggul dan mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Keahlian-keahlian yang sedang tren, seperti digital marketing, business development, data analystics dan data scientist, web developer, copy writer, dan sebagainya, perlu mendapat perhatian.
Namun, pengembangan keahlian ini tidak hanya menjadi tanggung jawab fungsionaris organisasi, tetapi juga dapat melibatkan pihak swasta, pemerintah, serta individu yang memiliki kapabilitas untuk berkolaborasi. Konsep “New Power” menjadi fondasi bagi organisasi mahasiswa dalam merangkul kolaborasi yang lebih luas untuk mendukung pengembangan keterampilan generasi muda.
Dalam menghadapi tantangan dan peluang ini, organisasi mahasiswa harus dapat beradaptasi dengan baik, mempertahankan nilai-nilai inti yang berharga, sambil mengintegrasikan inovasi berkualitas yang relevan. Dengan cara ini, organisasi mahasiswa dapat menjadi agen perubahan yang berdampak positif, mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi masa depan dengan keyakinan dan keterampilan yang kokoh.
Oleh : Irhas Abdul Hadi (Penggiat Literasi)