Bahasa Gaul Bukti Eksistensi Anak Muda Dari Masa Ke Masa

Bahasa Gaul Bukti Eksistensi Anak Muda Dari Masa Ke Masa
Ilustrasi anak gaul (Sumber: Liputan6.com)

BANTENICA.ID- Membahas anak muda memang nggak ada matinya. Dari masa ke masa anak muda selalu membuat hal-hal yang akhirnya jadi tren di masyarakat. Nah salah satunya ialah bahasa. Sejak dulu, anak muda memang juara kalau urusan bikin bahasa gaul. Bentuk kosa kata yang tidak sesuai justru menjadi bahasa yang nyaman mereka gunakan sehari-hari.

Nah, buat sahabat-sahabat milenial, sudah tahu belum asal muasal bahasa gaul dari dulu hingga kini?

Era 1950-1970an (Bahasa Preman/Prokem)

Bahasa preman (prokem) atau slang Indonesia ini yang jadi titik menjelmanya bahasa gaul dari masa ke masa. Buat anak zaman now mungkin istilah prokem masih asing ditelinga. Bahasa prokem sendiri mulanya digunakan para preman untuk berkomunikasi secara rahasia. Dibikin jadi kosa kata yang tidak lazim supaya kalimat mereka gak diketahui orang lain. Contohnya bokap (bapak) nyokap (ibu) bokis (bohong) bokin (pacar), sokin (sini) dan plokis (polisi). Nah, istilah-istilah tersebut hadir dari bahasa prokem sahabat.

Era 1980an (Bahasa Gaul dari Film)

Era Warkop DKI dan Catatan si Boy bisa dibilang sebagai bentuk penyebaran bahasa gaul di tahun 1980an. ABG di masa ini cukup kreatif menciptakan bahasa gaul yang langsung jadi tren. Sebut saja, doski (dia), gokil (gila), bokek (gak punya duit), doku (duit), pembokat (pembantu), nyimeng (ganja), ajojing (dansa).

Era 1990an (Sepotong kata)

ABG generasi 90an nampaknya tidak terlalu membuat kosa kata baru seperti senior-seniornya. Tapi, mereka yang mempopulerkan sepotong kata yang ditambahkan di belakang kalimat, seperti dong, yaw, deh, nih, ye, lah dan sebagainya.

Era 2000an (Yuk Capcus!)

Siapa sangka di era 2000an bahasa binan atau akrabnya bahasa waria jadi tren sebagai bahasa yang digunakan para remaja. Bahasa ini juga dipopulerkan oleh aktris Deby Sahertian loh, seperti cus (ayo), rempong (repot), akika (aku) lekong (laki), segambreng (banyak) , politron (polisi), lebay (berlebihan) jomblo (gak punya pasangan), sutralah (sudahlah) dan masih banyak lagi.

Era 2010an (Bahasa Alay)

Generasi ini kayanya lebih kreatif dari kakak-kakaknya. Sebab, mereka berhasil menciptakan bahasa alay yang sukses bikin bingung orang yang membacanya. Buat yang belum tahu, istilah alay biasa digunakan untuk menggambarkan ABG yang terlalu berlebihan dan norak. Bahasa alay sendiri terbentuk untuk mempersingkat SMS misalnya aku jad q, setuju jadi se7, tempat jadi t4, boleh jadi leh, juga jadi uga. Bahasa alay makin berkembang ke cadelisme, misalnya sayang jadi cayank, selalu jadi celalu, forever jadi polepel, serius jadi ciyus dan sebagainya.

Era Sekarang (Kidz Jaman Now)

Generasi sekarang juga tidak kalah kreatif dari para pendahulunya, sosial media mulai marak di gandrungi anak muda. Dari sinilah bahasa gaul dan istilah-istilah baru makin melejit dan jadi tren seperti, mager (males gerak), baper (bawa perasaan), gabut (gaji buta/bosan), bucin (budak cinta), hoax (berita bohong), galau (sedih) kicep (diam/takut), pansos (panjat sosial), typo (salah ketik), savage (brutal), receh (tidak lucu) dan banyak lagi.

Buat anak muda, menggunakan bahasa gaul merupakan hal yang menarik dan kekinian. Bagi mereka, menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar terlalu formal, apa lagi jika hanya untuk ngobrol-ngobrol santai. Ngobrol pakai bahasa gaul emang bikin nyaman dan jadi terasa akrab. Tapi kamu harus tahu batasan dan bisa menempatkan diri dimana kamu harus pakai bahasa Indonesia baku dan dimana kamu harus pakai bahasa gaul ya sahabat. (Heris)

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan