BANTENICA.ID-Polemik ekonomi menyebabkan lahirnya si kaya dan si miskin, si kaya menjadi majikan bagi si miskin dan si miskin menjadi pekerja bagi si kaya, seperti itulah roda kehidupan dan roda sosial berputar pada porosnya, yaitu ekonomi.
Lalu bagaimana dengan polemik ekonomi masyarakat di tanah industri, tanah yang tidak lagi menyediakan lahan untuk bercocok tanam tetapi tanah yang ‘katanya’ menyediakan lowongan pekerjaan pada perusahaan-perusahaan atau pabrik-pabrik. Sebut saja tanah industri itu adalah Kabupaten Tangerang.
Kabupaten Tangerang merupakan daerah industri, daerah yang diatas tanahnya berdiri kokoh bangunan-bangunan pabrik industri, bangunan-bangunan pabrik yang di belakang bangunannya terdapat saluran irigasi untuk membuang limbah atau kotoran industri. Apakah pabrik-pabrik tersebut hanya berdiri kokoh lalu membuang limbah atau kotoran nya saja? Jawabannya, tentu tidak!.
Dilansir dari data Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang tahun 2015 (tangerangkab.bps.go.id) jumlah perusahaan industri mencapai 695 Perusahaan mungkin di tahun 2020 ini jumlah perusahaan industri di wilayah Kabupaten Tangerang sudah mencapai angka di atas 1000 perusahaan, dengan jumlah perusahaan industri yang begitu banyak maka akan menimbulkan perubahan struktur sosial, struktur budaya dan struktur ekonomi pada masyarakatnya, mengutip tulisan M. Chairul Basrun Umanailomenjelaskan, masyarakat yang ada di kawasan industri terdiri dari beberapa unsur elemen sosial yang terbentuk karena adanya perkembangan sebuah proses industrialisasi. Permasalahan yang muncul di dalam lingkungan masyarakat industri antara lain: hubungan atau interaksi antara atasan-pekerja buruh-masyarakat sekitar pabrik, adanya perubahan-perubahan yang diakibatkan kehadiran bangunan-bangunan pabrik yang berada di sekitar masyarakat baik yang bersifat sosial, budaya, ekonomi hingga pengaruh perkembangan yang mengarah pada pemahaman atas sifat yang materialistik. Imbas dari adanya proses industrialisasi tidak terlepas dari adanya permasalahan-permasalahan yang cenderung mengarah pada kecemburuan-kecemburuan sosial, baik yang bersifat materialistik maupun yang diakibatkan dari adanya hubungan atau interaksi yang tidak harmonis dari setiap unsur elemen yang ada di masyarakat industri dalam bentuk distorsi-distorsi sosial yang mana hal itu sebagai konflik dalam masyarakat industri.
Pembangunan dirancang dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat yang menuntut adanya perubahan sosial budaya sebagai penghasilan pendukungnya.
Lanjut, Ranjabar (2006: 178-179) menyatakan bahwa, pembangunan nasional adalah suatu upaya melakukan transformasi atau perubahan masyarakat, yaitu transformasi dari budaya masyarakat agraris tradisional menuju budaya masyarakat industri modern dan masyarakat informasi yang tetap berkepribadian Indonesia.
Dahulu, masyarakat bermata pencaharian di sektor pertanian sebagai petani dan buruh tani dengan penghasilan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga saja. Mereka hidup rukun, saling gotong royong, dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.
Namun, seiring perkembangan jaman teknologi semakin modern yang selanjutnya menyebabkan degradasi budaya, social dan ekonomi.
Akibat dari banyaknya perusahaan industri atau pabrik tersebut membuat masyarakat di Kabupaten Tangerang mayoritas bekerja sebagai buruh pabrik, menumpukan kebutuhan ekonominya pada upah minimum regional (UMR) yang diberikan oleh perusahaan. Secara ekonomi pemerintahan Kabupaten Tangerang sangat diuntungkan dengan banyaknya perusahaan industri, tetapi secara ekonomi, sosial dan budaya masyrakat Kabupaten Tangerang condong dirugikan akibat banyaknya perusahaan industri karena taraf hidup masyarakat di wilayah industri akan stagnan ekonominya sebab hanya mengandalkan upah minimum regional (UMR), masyarakat Kabupaten Tangerang tidak memiliki karakter entrepreneurshipdan karakter leadershipsebab terikat kerja sebagai buruh pabrik yang hampir setengah waktunya dihabiskan pada jam kerja pabrik dan masyarakat Kabupaten Tangerang minim yang berpendidikan tinggi sebab kebutuhan akan ilmu terkalahkan oleh kebutuhan akan ekonomi sehingga memaksa masyarakatnya bekerja pada perusahaan industri sedari muda mungkin.
Keharusan pemerintahan Kabupaten Tangerang adalah tidak hanya menggembor-gemborkan kembanggaan bahwa Kabupaten Tangerang merupakan wilayah industri tetapi perlu dibarengi juga dengan edukasi pada masyarakat pentingnya karakter entrepreneurshipdan karakter leadershipsupaya tercipta masyarakat yang mandiri secara ekonomi dan tentunya mampu berdikari. Masyarakat yang berdikari ialah masyarakat yang mampu melawan orang-orang yang menghalalkan segala cara untuk memenuhi hasratnya, mampu melawan orang-orang yang menindas rakyat miskin pengetahuan, miskin kesadaran dan miskin materi.
Oleh : Paturahman Fikri