Pinter Kodek

Pinter Kodek

 

Oleh: Kang Udel | Aing Tangerang

Tahun 2020 menjadi tahun yang sangat berat untuk kita semua, dikarnakan ditahun ini terjadi penyebaran pandemic Virus Corona jenis baru yaitu Covid 19 ke berbagai Negara termasuk Indonesia. Selain banyaknya berita mengenai korban jiwa, keterbatasan Alat Pelindung Diri (APD) para petugas medis, dan peraturan pemerintah mengenai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ada pula berita yang tak kalah ramai dimasyarakat dikala pandemic ini, yaitu tentang kebijakan pemerintah yang memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat yang terkena dampak dari adanya virus Corona.

Pembagian BLT atawa Bantuan Dinsos ke masyarakat ini khususnya di wilayah kami Kabupaten Tangerang cukup ramai menjadi perbincangan di masyarakat, hal ini dikarnakan pembagian bantuan yang dinilai tidak merata dan bahkan dianggap tidak tepat sasaran karna masih ada masyarakat yang sebenarnya sudah dikategorikan Mampu tapi tetap menerima dana bantuan tersebut.

Lebih lucunya lagi adalah, orang-orang yang sebenarnya mampu dan mendapat dana bantuan ini tanpa rasa malu mengambil bantuan tersebut, bahkan dibeberapa kantor desa saya pernah lihat yang mau mengambil bantuan ada yang bawa kendaraan mobil loh, Parah yah… Ya lagian siapa yang mau nolak yah, dapet bantuan cuma-cuma, tidak peduli udah cukup dan mampu, uda punya motor dan mobil, selagi dapet mah yaudah ambil aja yah, duit pemerintah ini. Mungkin berpikirnya seperti itu yah.

Melihat tingkah para oknum masyarakat mampu penerima bantuan ini mengingatkan saya terhadap istilah “Pinter Kodek”.
Waktu kecil dikalangan Sunda Tangerang, saya sering memakai istilah “Pinter Kodek” untuk beberapa teman yang pelitnya minta ampun tapi ketika orang lain punya sesuatu dia maunya minta terus, tapi giliran dia punya sesuatu contoh makanan “teu bisa katoel” gak bisa ke sentuh atawa gak bisa diminta sama sekali sama kita.

Ya mungkin para oknum masyarakat mampu yang tetap mengambil uang bantuan dari pemerintah ini juga bisa dikategorikan orang “Pinter Kodek”, giliran dapat bantuan paling depan, gak sadar diri padahal dia uda mampu, pas uda dapet, dia tetep pakai sendiri uangnya padahal masih banyak yang bener-bener gak mampu yang membutuhkan uang itu. Giliran pas dapet bantuan mah “ngahenen bae” diem-diem aja, gak ada tuh postingan di media sosial ucapan terimakasih kepada kepala desa, petugas desa, bupati, gubernur dan pemerintah, ya mungkin bunuh diri juga kali kalau posting kaya gitu mah, yang ada nanti dibully orang mampu kok dapet bantuan, ehh giliran tarif listrik naik, dia posting di media sosial “wahh PLN parah nih, lagi pandemic gini tariff listrik malah naik, Wah pemerintah parah nih, bla bla bla” hehehe

Dulu ketika kecil punya temen si “Pinter Kodek” Cuma persoalan makanan dan mainan aja, eh sekarang ternyata menemukan beberapa orang “Pinter Kodek” dengan persoalan yang jauh lebih rumit.

Semoga saja oknum-oknum masyarakat yang “Pinter Kodek” ini Cuma satu atau dua, sisanya kalau memang mampu tapi tetap dapat bantuan bisa memberikan atau minimal membagi uang bantuannya kepada orang yang jauh lebih membutuhkan yang tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Saya hanya cukup prihatin aja, sebenarnya masih banyak orang yang benar-benar tidak mampu, boro-boro update status dimedia sosial kritik pemerintah soal bantuan, untuk makan saja mereka pas-pasan, mereka tidak punya handphone, TV, Kulkas, bahkan motor dan mobil. Justru pihak itu lah yang seharusnya mendapatkan bantuan, bukan hanya dari pemerintah tapi dari kita juga sesama manusia, karna dengan membantu mereka kita akan belajar cara memanusiakan manusia.

Tinggalkan Balasan