BANTENICA.ID-Mumpung masih musim Kurban. Memasak daging dengan cara dipanggang atau disate jadi pilihan alternatif.
Nah, saya jadi ingin sedikit bahas istilah “tunu” atau “tetunon”. Ini gegara istriku tadi ngingetin makan siang.
aa… makan dulu nih?
Iwake apa nong?
Tetunon a…
Hah… apa tuh tetunon?
Ternyata pas saya lihat, ikan yang dipanggang dan dibakar di atas bara api kompor.
Sebentar, saya ingin cerita sedikit, kadang saya tuh punya kebiasaan, hanya sekedar membangkitkan selera makan, saya balik tanya pada istri atau pada emak, “lauknya apa nong”? Atau “mak, iwake apa?”
Ini bukan soal saya ahli memasak yah, tapi sekedar tawaran atau solusi di masa sulit, terutama bagi pemula yang bercita-cita ingin jadi “Master Chef”, yah minimal harus tau betul, cara tetunon yang baik.
Kira-kira begini, Tetunon itu memasak dengan cara langsung dimasukin ke dalam bara api atau “wangwa”. Kalau dulu zaman mondok atau waktu kecil, biasanya sih yang paling cocok ditunu itu, yah sejenis ubi-ubian, seperti mantang atau “dangder”.
Hal ini juga dilakukan oleh orang-orang tua tempo dulu, karna dulu memasak pakai kayu bakar, di atas tungku atau kayu kadang mereka memasukan atau meletakan, misalnya terasi mentah.
Sebenarnya lebih dari itu, saya ingin menyampaikan bahwa Tunu ini adalah pondasi awal, cara klasik, yakni cara memasak yang bisa dilakukan oleh siapa saja, tanpa kelas, apapun latar belakangnya.
Asal ada arang atau kayu bakar dengan kemauan kuat dan tanpa gengsi. Tetunon ini bisa dilakukan dalam kondisi semiskin apa pun, terlebih kondisi pandemi ini.
Tunu adalah cara praktis jika sewaktu-waktu kepepet, sebab buru-buru atau miskin bahan “sembara” atau bumbu. Sekali lagi tetunon ini sajian yang enggak neko-neko.
Tunu ini saya pikir bentuk perlawanan terhadap keangkuhan “Master Chef” yang hanya mau masak khusus untuk kelas ekonomi menengah ke atas saja. Tunu ini juga teknik ideal mematangkan kesederhanaan hidup.
Dari asal Tunu inilah kemudian berkembang dan terkenal, misalnya bebek panggang, sate kambing, ikan bakar dan sebangsanya. Oleh: Seikhu Ahmad | Ketua Rijalul Ansor Kab. Tangerang